Jumat, 21 November 2008

PROFILE

Bismillahimajreeha wa mursaha

PROFIL SANGGAR NUUN


SANGGAR NUUN Pada dekade 90-an, sebagai upaya kontinuitas proses kreatif di lingkungan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga yang sebelumnya telah melahirkan beberapa kelompok strategis yang sempat membangun image tentang “kantong-kantong kesenian kampus”, dicetuskanlah sebuah komunitas di lingkungan Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga. Dalam perjalanan sejarahnya ia telah menempatkan diri sebagai suatu wadah tempat berkumpul, berpikir dan “bergesekan” secara kreatif untuk mendialogkan kembali idealisme kebudayaan global berdasarkan sufistifikasi Islam. Tepat pada tanggal 27 Oktober 1992 di Kaliurang, lahirlah Sanggar Nuun. yang “mencoba untuk selalu” berkutat dalam wacana kesenian dan budaya, dan menjaga intensitas serta konsistensi dalam sebuah ikhtiar yang bergerak menuju pola hidup berkesenian, meski dalam prosesnya masih merangkak ke arah kesempurnaan. Pencarian identitas diri ketika berproses bersama juga menjadi salah satu agenda utama yang setiap saat diterjemahkan dalam berbagai pementasan lakon seni dan budaya, saat berkontemplasi atau ketika diam dalam perenungan-perenungan budaya serta ikhtiar-ikhtiar lainnya Setelah mengalami berbagai proses perbaikan sistematika formal struktural dalam Fakultas Adab, Sanggar Nuun menjadi sebuah Badan Otonom Mahasiswa Fakultas (BOM - F) Adab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang saat ini mempunyai empat divisi Satra, Teater, Musik, dan Pantomim. Dengan keempat jalur itulah Sanggar Nuun berusaha bergerak menuju sebuah perjalanan Alternatif yang berdasarkan atas Relegiusitas-Humanitik untuk kembali memberikan kehidupan pada proses konsistensi dan intensitas dalam penggalian-penggalian interaktif dan kreatifitas eksperimental manusia khususnya bagi anggota dan mahasiswa.

PROSES

Langkah awal Sanggar Nuun dalam acuan menuju titik zenit dari arti sebuah produktifitas seni dan budaya adalah menerapkan bentuk proses yang akan selalu di usung dengan kekeluargaan oleh tangan-tangan yang selalu saling berdekapan. Dan warna apa pun yang dikenakan oleh sebuah lintas budaya, sistem manajemen terbuka yang menjadi panglima adalah satu keniscayaan. Pemberdayaan kuantitas dan kualitas segala pengorbanan berlahan-lahan terbangun saat Work Shop, Kemah Seni dan Latihan Alam. Atas dasar berbagai kebijakan dalam pengukuhan makna atas profesional job without personal touch, asas pemerataan saat memikul beban yang ada di pundak terdeskripsikan oleh semangat keseharian dalam wilayah seni dan budaya.

SASTRA

Sastra Profetik, yang menjadi acuan bagi Divisi Sastra dalam meraba-raba format kesusastraannya telah menggelar berbagai nuansa untuk menuju secercah mozaik budaya tatkala berproses. Perbincangan-perbincangan hangat yang hendak membedah dan mengorek setiap ruang lingkup sastra dan atau karyanya pun diberi tempat untuk mampu berbicara. Sebagai salah satu totalitas dan ungkapan berekspresi atas karya-karya para pujangga, ritual pembacaan terhadap karya-karya tersebut pun acap kali digelar di sela-sela para civitas akademik yang lalu lalang serta kesibukan di ruang-ruang kelas perkuliahan.

TEATER

Dalam dataran struktural, Divisi Teater memilih Teater Teraphy seabagai pijakan dalam berproses dan ini merupakan salah satu sistem pondasi penopang untuk menjadi sebuah bangunan yang dapat berdiri tegar. Kesadaran konsepsional yang menyangkut wacana dan kemampuan apresiasi ini dikembangkan melalui dialog, referensi, atau literatur teater dan intensitas menonton pementasan teater. Dalam dataran tehnis operasional, adanya iklim kondusif yang menunjang ke arah penggodokan ketrampilan dan pengembangan bakat yang sesuai dengan kebutuhan teater dipetik dari intensifitas untuk selalu bergerak dan mengalirkan proses pencarian sebagai usaha untuk menciptakan ruang bagi kecerdasan emosional, langit tempat ide-ide kreatif dan meraih hamparan luas kreatifitas.


MUSIK


Dalam setiap gerak dalam berproses Musik Kreatif Akulturatif merupakan ruh dalam setiap produksinya, Divisi Musik acapkali melakukan pemaknaan saat mengarransemen sebuah bunyi menjadi nada, dari nada-nada menjadi sebuah kesatuan musik kreatif yang membawa kepada nilai-nilai kearifan. Berbagai arransemen yang terlahir dalam irama-irama ini menjadi sebentuk persinggahan dari perjalanan panjang yang melewati proses-proses agar dapat menghadirkan sekaligus menuju penggapaian spiritualitas insani.

PANTOMIM


Kemunculan permasalahan yang mencekik membuat mulut terbungkam dan pita suara tak mampu bergetar. Dengan gerak dan kelenturan tubuh sebagai isyarat untuk menerangkan bentuk keterbungkaman, muncul Pantomim Krirtik sebagai bentuk berekspresi dalam mewarnai seni dan budaya.